Sunday, May 10, 2009

FITNAH ADALAH KEBAIKAN

Assalamu'alaikum wr wb,

Sekedar meneruskan dari eDakwah. Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum wr wb,

Andri Source: http://edakwahkita.blogspot.com --begins--

FITNAH ADALAH KEBAIKAN
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong (fitnah) itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong (fitnah) itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong (fitnah) itu, baginya azab yang besar." (QS An Nuur [24]:11)
Sebab yang mengiringi turunnya ayat diatas adalah suatu ketika di tahun ke 5 H sehabis terjadi peperangan dengan Bani Mushthaliq, rombongan Rasulullah saw sudah bersiap-siap meninggalkan pos tempat mereka bermalam. Ketika itu istri Rasulullah saw yang ikut bertugas adalah Aisyah rha. Karena disebabkan oleh kehilangan kalungnya, Aisyah berusaha untuk mencarinya kesana dan kemari sehingga ia tertinggal oleh rombongan. Lama baru ia tersadar kalau rombongan Rasulullah saw telah meninggalkannya. Ia berusaha untuk tidak panik dan tidak menyusul rombongan Nabi karena takut akan terjadi sesuatu dalam perjalanan. Ia menunggu dan berharap Rasulullah saw menyadari bahwa Aisyah tidak ada dalam rombongan dan kembali menjemputnya. Ketika itulah Aisyah tertidur. Pada masa itu kewajiban hijab (jilbab) belum diturunkan sehingga Aisyah rha tidak mengenakannya.
Tidak berapa lama, seorang yang ditugasi oleh Rasulullah untuk mengamati pasukan musuh agar tidak mengikuti pasukan muslim, sampai di tempat Aisyah berada. Ia adalah seorang sahabat Nabi yang shalih. Syuhada perang Badar yang bernama Shafwan bin Mu'aththal ra. Syafwan adalah seorang pemuda yang jujur dan bersih. Ketika Syafwan pertama kali melihat tempat itu, didapatinya seorang wanita sedang tertidur. Ia kaget dan berkata, "Inna lillahi wa inna illaihi rojiun, istri Rasul!" Hal ini menyebabkan Aisyah terbangun. Syafwan mempersilahkan Aisyah rha. untuk menaiki untanya dan ia berjalan sambil menuntun unta tersebut.
Menjelang siang, keduanya menemukan rombongan pasukan Rasulullah saw dan kembali bergabung dengan mereka. Ketika itu dalam rombongan pasukan muslim terdapat seorang tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubayy. Melalui tokoh inilah, ketika sampai di Madinah, berita bohong (fitnah) tersebar kepada penduduk Madinah. Telah terjadi pemutarbalikkan fakta bahwa Aisyah sengaja bersembunyi agar tertinggal oleh Rasullah saw dan menunggu Syafwan ra untuk berhubungan mesra antara keduanya. Dari sini isu menyebar bagai api dalam sekam dan akhirnya di dengar oleh Rasulullah saw.
Dengan tersebarnya isu tersebut, Rasulullah gundah dan bimbang. Rasulullah berusaha mencari informasi dari banyak pihak antara lain dari istri-istri Nabi sendiri mengenai prilaku Aisyah. Juga dari beberapa sahabat-sahabatnya yang mengenal Syafwan. Disatu sisi Rasulullah tidak pernah mempercayai fitnah tersebut tetapi tidak memiliki cukup bukti untuk membela istrinya dan sahabatnya. Rasulullah terus berdoa kepada Allah SWT agar Allah menunjukkan kebenaran dari sisi-Nya. Dalam kegundahan ini, Rasulullah sampai-sampai mengantarkan Aisyah kembali ke rumah Abu Bakar ra untuk berpisah sementara menenangkan Aisyah dan dirinya. Kejadian ini juga sangat memukul Abu Bakr sebagai besan Rasulullah saw dan ayah dari Aisyah. Tapi Abu bakr sangat menghargai keputusan Rasulullah saw. Inilah periode yang begitu mengguncangkan bagi penduduk Madinah.
Dalam peristiwa ini ada beberapa orang dari sahabat Rasulullah yang mengambil peran yang besar dalam penyebaran fitnah ini. Mereka, selain Abdullah bin Ubayy, adalah Misthah Ibn Atsatsah (kerabat Abu Bakr), Hasan bin Tsabit (penyair Rasulullah) dan Hamnah (saudara perempuan Zainab, istri Rasulullah saw). Sebagai pembelaannya terhadap Aisyah, Abu Bakr ra sampai-sampai bersumpah untuk tidak lagi menyantuni Misthah yang miskin beserta anak-anak dan istrinya. Saat itu, keluarga Misthah adalah salah satu keluarga miskin yang selalu disantuni oleh Abu Bakr setiap harinya.
Lebih dari sebulan peristiwa ini berlalu, Allah SWT menurunkan ayat ke 11 dari QS An Nuur diatas. Hal ini membuat perasaan Rasulullah saw lega. Aisyah kembali dijemput oleh Rasulullah untuk kembali dan Rasulullah saw meminta maaf kepadanya.
Dalam tafsir ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan seandainya Al Quran ini adalah ciptaan Muhammad saw, tentulah Beliau dapat dengan segera menghapus berita bohong (fitnah) tersebut dengan mengatasnamakan wahyu, dan bila itu terjadi, tidaklah seorang muslim pun meragukannya. Alangkah indah perangai Rasulullah saw, Ia terpaksa harus hidup menderita, menanggung beban kegelisahan yang begitu lama hanya untuk menunggu turunnya wahyu yang membenarkan. Allahumma Shalli 'ala Muhammad...
Allah SWT juga ingin menyampaikan kepada kita bahwa siapapun yang menjadi korban dari suatu berita bohong (fitnah), hal itu merupakan kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Karena ayat diatas tidak menyebutkan nama Rasulullah saw atau Aisyah rha secara khusus, maka ayat ini berlaku umum untuk siapapun dan bisa terjadi kepada siapapun dan pada masa kapanpun. Seseorang yang difitnah akan memperoleh ganjaran yang luar biasa berupa pahala dan kebaikan di sisi Allah SWT. Dengan fitnah juga, kedudukan seseorang menjadi terhormat di dalam suatu masyarakat karena banyaknya empati yang akan muncul. Orang yang menjadi korban fitnah akan mendapat simpati dan kehormatan di tengah masyarakat sedangkan orang yang menfitnah akan memperoleh cercaan dan tidak akan pernah dipercaya oleh siapapun lagi selama hidupnya.
Sumpah Abu Bakr ra dijawab Allah SWT dengan turunnya QS An Nuur [24]: 22 yaitu, "Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
"Sedangkan Abdullah bin Ubayy diganjar Allah dengan ganjaran yang luar biasa menyakitkan bahwa ia meninggal dalam keadaan dicap sebagai seorang tokoh munafik terbesar. Ketika ia meninggal dan Rasulullah ingin mensholatkannya, Allah menurunkan suatu ayat di QS At Taubah [9]: 84 yaitu, "Dan janganlah kamu sekali-kali mensholatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik."
Begitulah Allah membalas kejahatan orang penyebar fitnah. Bukankah doa Rasulullah saw tidak pernah ditolak oleh Allah? Para sahabat Rasulullah saw sangat mendambakan disetiap kematian mereka, Rasulullah lah yang akan memimpin sholat jenazah karena mereka yakin doa Rasulullah saw akan membebaskan mereka dari segala azab kubur dan siksaan api neraka. Bayangkan jika Allah SWT sampai melarang Rasulullah saw mensholatkan seorang Abdullah bin Ubayy. Dan tidak hanya itu, sekedar berdoa dikuburnya pun Allah SWT melarang Rasul Nya. 'Auzubillahi min dzalik.
Adapun Misthah Ibn Atsatsah (kerabat Abu Bakr), Hasan bin Tsabit (penyair Rasulullah) dan Hamnah (saudara perempuan Zainab, istri Rasulullah saw) semuanya memohon maaf kepada Aisyah rha dan Rasulullah saw serta Abu Bakr ra sebagai orang yang bersalah. Dalam suatu riwayat Hasan bin Tsabit dimasa tua-nya menderita kebutaan.Mudah-mudahan kisah ini menjadi iktibar (pelajaran berharga) bagi kita...

Rasulullah bersabda, "Tidaklah seorang muslim tertimpa letih, penyakit, fitnah pada dirinya, kegundahan, sedih, rasa sakit, kegagalan sampai duri yang mengenai dirinya, melainkan dengan itu Allah akan menghapus dosa-dosanya." (HR Bukhari dan Muslim)

Peringkat pencari ilmu.

Sabda Rasulullah s.a.w, maksudnya:
" Sesiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk bersaing dengan para ulama atau untuk mujadalah dengan orang orang yang jahil atau untuk mengambil perhatian manusia, ia akan masuk neraka. Dan barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah amalannya dia akan bertambah jauh dari Allah."
Salam sahabat sahabat muslimin dan muslimat sekalian. Saya baru dapat satu ilmu dari seorang guru dan ingin berkongsi bersama. Kata nya dalam masyarakat Islam ada 7 golongan manusia dalam menuntut ilmu.
1. Orang yang menuntut dan mencari ilmu kerana ilmu semata mata.Dia seronok, mabuk dan asyik dengan ilmu.Mabuk ilmu hingga yang ada tidak mahu kahwin kahwin, kerana katanya belum puas belajar.Ini adalah golongan yang mabuk ilmu.
2. Orang yang mencari ilmu kerana bercita hendak dapat jawatan tinggi saperti mufti dan bergaji besar.Dengan ilmu juga dia boleh berniaga dan jadi kaya dan mendapat banyak harta.Ini lah golongan yang menggunakan ilmu untuk meraih kekayaan.
3. Ada orang mencari ilmu kerana bercita cita menjadi pemimpin.Seorang yang jadi pemimpin mesti berilmu.Ini adalah golongan yang menggunakan ilmu untuk menjadi pemimpin.
4. Ada juga orang yang mencari ilmu kerana hendak kan glamour.Agar orang kata dia intelek.Inilah golongan ahli ilmu yang tujuan nya hendak dapat nama.
5. Ada orang belajar ilmu kerana hendak keluar daripada kejahilan dan kebodohan.Agar dia tidak di pandang hina.Inilah golongan yang mendapatkan ilmu supaya diri tidak terhina.
6. Ada orang menuntut ilmu kerana ingin membangun dan maju demi kedaulatan dan kemegahan bangsa dan negara.Agar jangan bangsa nya mundur dan terhina.Ini lah golongan ilmuan yang berfahaman nasionalisme.
7. Ada orang yang menuntut ilmu kerana perintah Allah.Juga dengan tujuan agar dapat amal ilmu supaya boleh mengabdikan dan mendekatkan diri kepada Allah.Golongan ini menggunakan ilmu untuk membangunkan Islam dalam berbagai bagai aspek saperti ekonomi, pertanian, bangunan, sekolah, jalan raya, pembangunan insan dan lain lain.Ini adalah dengan tujuan agar dapat melindungi iman, memperkuatkan syariat, membesarkan syiar Islam dan mendaulatkan hukum hukum Tuhan.Ini lah dia golongan ilmuan yang bertaqwa.
Kita umat Islam dalam menuntut Ilmu biarlah menjadi golongan yang ke 7 ya itu mencari ilmu kerana Allah Taala.Kalau belajar bukan kerana Allah maka rugi lah, kerana mungkin untung di dunia tetapi rugi di akhirat saperti yang di nyatakan dalam Hadis yang di tulis di awal tulisan tadi.Wal'iyazubillah!

Salaam & RegardsAmri el Wahab68000 Ampang,SelangorMALAYSIAJemput ke laman blog saya di http://hembusan-amal.blogspot.com

Friday, April 17, 2009

Sejarah Ibnu Sina
IBNU SINA yang lebih dikenali di Barat dengan nama Avicenna mempunyai nama lengkap Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina. Beliau merupakan seorang yang berbangsa Parsi. Menurut Ibnu Abi Ushaybi ia lahir pada tahun 375H, di desa Afshanah dekat kota Kharmaitan Propinzi Bukhara, Afghanistan.
Pelajaran pertama yang diterimanya pada zaman kanak-kanak adalah Al-Quran dan sastera yang didapati olehnya secara tidak formal. Ia mula belajar pada usia 5 tahun. Sementara itu sewaktu berumur 10 tahun, beliau telah berjaya menghafal Al-Quran. Pada masa umurnya meningkat 18 tahun Ibnu Sina telah menjadi Di Raja. Disamping itu, Ibnu Sina juga telah menguasai seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada pada waktu itu. Ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqh, perbandingan agama (ushuluddin), tasawuf dan sebagainya sudah dikuasainya ketika baru berusia 10 tahun. Pada masa kecilnya, ia dibimbing dan dididik oleh Abu Abdullah Natili, seorang sahabat karib ayahnya, dan ayahnya sendiri. Antara bidang ilmu yang berjaya dikuasainya termasuklah dalam bidang falsafah, kedoktoran, geometri, astronomi, muzik, syair, teologi, politik, matematik, fizik, kimia, sastera dan kosmologi.
Ensiklopedia Kedoktoran Pertama
Pada usia 21 tahun, ketika berada di Kawarazm, ia mulai menulis karyanya yang pertama yang berjudul Majmu yang mengandungi berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap. Kemudian ia melanjutkan menulis buku-buku lain.
Nama-nama buku yang pernah dikarang Ibnu Sina, termasuk yang berbentuk risalah ukuran kecil, dimuat dan di himpun dalam satu buku besar yang berjudul Essai de Bibliographie Avicenna yang dihasilkan oleh Pater Dominican di Kairo. Antara yang terkandung dalam buku tersebut termasuklah buku karangan yang amat terkenal iaitu Al-Qanun Fit Tibb.
Teori-Teori Anatomi Dan Fisiologi
Teori-teori anatomi dan fisiologi dalam buku-buku beliau adalah menggambarkan analogi manusia terhadap negara dan mikrokosmos (dunia kecil) terhadap alam semester sebagai makrokosmos (dunia besar).Misalnya digambarkan bahawa syurga kayangan adalah bulat dan bumi adalah persegi dan dengan demikian kepala itu bulat dan kaki itu empat persegi. Terdapat empat musim dan 12 bulan dalam setahun, dengan itu manusia memiliki empat tangkai dan lengan (anggota badan) mempunyai 12 tulang sendi. Hati (heart) adalah rajanya tubuh manusia, sementera paru-paru adalah menterinya.
Leher merupakan jendelanya sang badan, manakala kandung empedu sebagai markas pusatnya. Limpa dan perut sebagai bumbung sedangkan usus merupakan sistem komunikasi dan sistem pembuangan.
Sementara itu Canon of Medicine memuatkan pernyataan yang tegas bahawa darah mengalir secara terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tak pernah berhenti. Namun ini belum dapat dianggap sebagai suatu penemuan tentang srikulasi darah, kerana bangsa cina tidak membezakan antara urat-urat darah halus (Veins) dengan pembuluh nadi (arferies). Analogi tersebut hanyalah analogi yang digambarkan antara gerakan darah dan siklus alam semesta, pergantian musim dan gerakan-gerakan tubuh tanpa peragaan secara empirik pada keadaan yang sebenarnya.

Monday, April 6, 2009

Manusia Terpintar Di Dunia

ini dah dewasa tahun 1914


Siapakah manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia?
Da Vinci? John Stuart Mills? Atau Albert Einstein seperti yang selama ini diperkirakan orang?Ketiganya memang dianggap jenus-jenius besar yang telah memberikan banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing.
Tapi gelar manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia rasanya tetap layak diberikan kepada William James Sidis. Siapakah ia? Mengapa namanya tenggelam dan kurang dikenal walau angka IQnya mencapai kisaran 250–-300?
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar: menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda.
Harvard pun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.Lebih dahsyat lagi: Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjemahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !!!!
Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga seorang lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit.
Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun - sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis.Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa.
Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika - sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya. Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah memiliki seorang pacar ataupun istri.
Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnyaadalah hasil pemolaan orang lain.
Namun, kesadaran memang sering datang terlambat.Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita.
Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.

Nasihat Rasulullah Kepada Aisyah

Dari : Ustaz Hambali n9
'Aisyah r.a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda "Hai Aisyah, aku nasihatkan kepada kamu. Hendaklah kamu sentiasa mengingat nasihatku ini.Sesungguhnya kamu akan sentiasa di dalam kebajikan selama kamu mengingatinasihatku ini.
"Isi nasihat Rasulullah s.a.w tersebut bolehlah dirumuskan seperti berikut:
Hai, Aisyah, peliharalah diri kamu. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripadakaum kamu (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.
Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :
(a) Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidaksabar apabila ditimpa musibah
(b) Tidak memuji Allah Ta'ala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakannikmat dan rahmat tidak bersyukur.
(c) Mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah
(d) Membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara Yang tidakbermanfaat.
Wahai, Aisyah, ketahuilah :
(a) Bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan olehsuaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah
(b) Bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka padahari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan ditengkuknya.
(c) Bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan burukterhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya pada harikiamat.
(d) Bahwa isteri yang tidak memenuhi kemahuan suaminya di tempat tidur ataumenyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allahpada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnyaterikat kepada dua kakinya di dalam neraka.
(e) Bahwa wanita yang mengerjakan sholat dan berdoa untuk dirinya tetapitidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sholatnya.
(f ) Bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-namparmukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam nerakabersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapanmendapat kebajikan syafaat dari siapa pun.
(g) Bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk dihadapan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan lapan puluhkali cambuk dari api.
(h) Bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasapada siang harinya dan mengerjakan qiamullail pada malamnya serta pahalaberjuang fi sabilillah.
(i) Bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yangdideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian jugapahalanya setiap kali menyusukan anaknya.
(j) Bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, makadiumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.
Semoga ahlia-ahlia (isteri-isteri) kita dapat mengambil nasihat Nabi SAWpada Aisyah ra ini di dalam kehidupan mereka. Namun kita sebagai suamihendaklah selalu mendoakan agar ahli-ahlia (isteri-isteri) kita bersifatseperti isteri-isteri Nabi saw serta kita hendaklah juga selalu memaafkankesalahan dan kesilapan mereka.
Pernah seorang lelaki mendatangi Umar r.a untuk mengambil pandanganberkaitan masaalah isterinya yang banyak bersongeh dan berleter. Setelahsampai didapati isteri Umur r.a pun seperti isterinya suka bersongeh dan berleter.
Lalu ia pun meninggalkan Umar r.a. Setelah berjalan beberapalangkah Umar r.a menyedari lalu memanggil lelaki itu datang semulamenghampirinya.
Setelah diterangkan maksud kedatangannya lalu Umar r.a pun berkata,: "Siapamereka, mereka adalah isteri kita. Mereka mendidik dan memelihara anak-anakkita.
Merekalah yang menjaga harta benda kita. Mereka memasak makanan sertamembasuh pakaian kita. Dan yang lebih penting mereka memelihara kita dariterjebak dengan zina.
Sedikit kesilapan dan kesalahan mereka maafkanlah".
Lalu lelaki itu pun pulang dengan perasaan puas dengan nasihat Umar r.a.
dari ustaz Hambali, N9.

Sambutlah Maulid Nabi sepanjang tahun...

Dari : Lokman Hakim Zainudin


Selain itu bagi menjawab tohmahan/tuduhan wahaby yang kononnya ulamak silam mencerca sambutan ini, kita bawakan kata-kata yang jelas dari tiga ulamak yang kehebatan mereka diakui semua.
1) Al-Imam al-Hujjah al-Hafiz as-Suyuthi: Di dalam kitab beliau, al-Hawi lil Fatawa, beliau telah meletakkan satu bab yang dinamakan Husnul Maqsad fi 'Amalil Maulid, halaman 189, beliau mengatakan: Telah ditanya tentang amalan Maulid Nabi صلى الله عليه وسلم pada bulan Rabiul Awal, apakah hukumnya dari sudut syara'? Adakah ia dipuji atau dicela? Adakah pelakunya diberikan pahala atau tidak?
Dan jawapannya di sisiku: Bahawasanya asal kepada perbuatan maulid, iaitu mengadakan perhimpunan orangramai, membaca al-Quran, sirah Nabi dan kisah-kisah yang berlaku pada saat kelahiran baginda dari tanda-tanda kenabian, dan dihidangkan jamuan, dan bersurai tanpa apa-apa tambahan daripadanya, ia merupakan bid'ah yang hasanah yang diberikan pahala siapa yang melakukannya kerana padanya mengagungkan kemuliaan Nabi صلى الله عليه وسلم dan menzahirkan rasa kegembiraan dengan kelahiran baginda yang mulia.عليه وسلم
2) Syeikh Ibn Taimiyah : "Di dalam kitab beliau, Iqtidha' as-Shiratil Mustaqim, cetakan Darul Hadis, halaman 266, beliau nyatakan: Begitu juga apa yang dilakukan oleh sebahagian manusia samada menyaingi orang Nasrani pada kelahiran Isa عليه السلام, ataupun kecintaan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengagungkan baginda, dan Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan dan ijtihad ini...”
Seterusnya beliau nyatakan lagi : “Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada larangan daripadanya.”
Kita pula tidak mengadakan maulid melainkan seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah sebagai: “Kecintaan kepada Nabi dan mengagungkan baginda.”
Syeikhul Islam wa Imamussyurraah al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani: Berkata al-Hafiz as-Suyuthi dalam kitab yang disebutkan tadi: Syeikhul Islam Hafizul 'Asr Abulfadhl Ibn Hajar telah ditanya tentang amal maulid, dan telah dijawab begini: "Asal amal maulid (mengikut cara yang dilakukan pada zaman ini) adalah bid'ah yang tidak dinaqalkan dari salafussoleh dari 3 kurun (yang awal), walaubagaimanapun ia mengandungi kebaikan serta sebaliknya. Maka sesiapa yang melakukan padanya kebaikan dan menjauhi yang buruk, ia merupakan bid'ah yang hasanah.
Telah jelas bagiku pengeluaran hukum ini dari asal yang tsabit iaitu apa yang tsabit dalam shahihain (shahih al-Bukhari dan shahih Muslim) bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم ketika tiba di Madinah mendapati orang Yahudi berpuasa Asyura', lalu baginda bertanya kepada mereka (sebabnya). Mereka menjawab: Ia merupakan hari ditenggelamkan Allah Fir'aun dan diselamatkan Musa, maka kami berpuasa kerana bersyukur kepada Allah. Maka diambil pengajaran darinya melakukan kesyukuran kepada Allah atas apa yang Dia kurniakan pada hari tertentu, samada cucuran nikmat atau mengangkat kesusahan."
Seterusnya beliau berkata lagi: Dan apakah nikmat yang lebih agung dari nikmat diutuskan Nabi ini صلى الله عليه وسلم, Nabi Yang Membawa Rahmat, pada hari tersebut? Dan ini adalah asal kepada amalan tersebut. Manakala apa yang dilakukan padanya, maka seharusnya berlegar pada apa yang difahami sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah Ta'ala samada tilawah, memberi makan, sedekah, membacakan puji-pujian kepada Nabi, penggerak hati atau apa sahaja bentuk kebaikan dan amal untuk akhirat."
Inilah istinbat-istinbat yang dikatakan oleh mereka yang menentang sambutan maulid (anti-maulid) sebagai istidlal yang bathil serta qias yang fasid, lalu mereka mengingkarinya. Cukuplah bagi kita memerhatikan siapakah yang mengingkari dan siapa pula yang mereka ingkari!!!
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw. Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.
*Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162).
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahaiRasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)
Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431).
*Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Shallu 'alan Nabiy

Shallu 'alan Nabiy

Oleh : KH.Rahmat Abdullah

Apa yang Tuan fikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan di celah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah, ketika tak seorangpun mampu mengguratkan kepribadian selain kepribadiannya sendiri. Ia produk "ta'dib Rabbani" (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya, saat muadzin mengumandangkan suara adzan.
Di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia makan di lantai seperti hamba, padahal raja-raja dunia iri hati terhadap kekukuhan struktur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Tak seorang pembantunya pun mengeluh pernah dipukul atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda di rumah. Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fathimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib. Fathimah merasakan kasih sayangnya tanpa membuatnya jadi manja dan hilang kemandirian. Saat Bani Makhzum memintanya membatalkan hukuman atas jenayah seorang perempuan bangsawan, ia menegaskan: "Sesungguhnya yang membuat binasa orang-orang sebelum kamu ialah, apabila seorang bangsawan mencuri mereka biarkan dia dan apabila yang mencuri itu seorang jelata mereka tegakkan hukum atasnya. Demi Allah, seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, maka Muhammad tetap akan memotong tangannya."
Hari-hari penuh kerja dan intaian bahaya. Tapi tak menghalanginya untuk 'lebih' dari satu dua kali- berlomba jalan dengan Humaira, sebutan kesayangan yang ia berikan untuk Aisyah binti Abu Bakar Asshiddiq. Lambang kecintaan, paduan kecerdasan, dan pesona diri dijalin dengan hormat dan kasih kepada Asshiddiq, sesuai dengan namanya "si Benar". Suatu kewajaran yang menakjubkan ketika dalam sibuknya ia masih menyempatkan memerah susu domba atau menambal pakaian yang koyak. Setiap kali para sahabat atau keluarganya memanggil ia menjawab: "Labbaik". Dialah yang terbaik dengan prestasi besar di luar rumah, namun tetap prima dalam status dan kualitasnya sebagai "orang rumah".
Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada sat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia. "Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku." "Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina." demikian pesannya.
Di sela 27 kali pertempuran yang digelutinya langsung (ghazwah) atau dipanglimai sahabatnya (sariyah) sebanyak 35 kali, ia masih sempat mengajar Al-Qur'an, sunnah, hukum, peradilan, kepemimpinan, menerima delegasi asing, mendidik kerumahtanggaan bahkan hubungan yang paling khusus dalam keluarga tanpa kehilangan adab dan wibawa. Padahal, masa antara dua petempuran itu tak lebih dari 1,7 bulan.
Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai sejarah. Suatu hari datanglah ke masjid seorang Arab gunung yang belum mengerti adab di masjid. Tiba-tiba ia kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para sahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabdanya kepada mereka : "Jangan, biarkan ia menyelesaikan hajatnya." Sang Badui terkagum, ia mengangkat tangannya, "Ya Allah, kasihilah aku dan Muhammad. Jangan kasihi seorangpun bersama kami." Dengan tersenyum ditegurnya Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah.
Ia kerap bercengkerama dengan para sahabatnya, bergaul dekat, bermain dengan anak-anak, bahkan memangku balita mereka di pangkuannya. Ia terima undangan mereka: yang merdeka, budak laki-laki atau budak perempuan, serta kaum miskin. Ia jenguk rakyat yang sakit jauh di ujung Madinah. Ia terima permohonan maaf orang.
Ia selalu lebih dulu memulai salam dan menjabat tangan siapa yang menjumpainya dan tak pernah menarik tangan itu sebelum sahabat tersebut yang menariknya. Tak pernah menjulurkan kaki di tengah sahabatnya hingga menyempitkan ruang bagi mereka. Ia muliakan siapa yang datang, kadang dengan membentangkan bajunya. Bahkan ia berikan alas duduknya dan dengan sungguh-sungguh ia panggil mereka dengan nama yang paling mereka sukai. Ia beri mereka kuniyah (sebutan bapak atau ibu si Fulan). Tak pernah ia memotong pembicaraan orang, kecuali sudah berlebihan. Apabila seseorang mendekatinya saat ia shalat, ia cepat selesaikan shalatnya dan segera bertanya apa yang diinginkan orang itu.
Pada suatu hari dalam perkemahan tempur ia berkata: "Seandainya ada seorang saleh mau mengawalku malam ini". Dengan kesadaran dan cinta, beberapa sahabat mengawal kemahnya. Di tengah malam terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Para sahabat bergegas ke sumber suara. Ternyata ia telah ada disana mendahului mereka, tegak diatas kuda tanpa pelana, "Tenang, hanya angin gurun," hiburnya. Nyatalah bahwa keinginan ada pengawal itu bukan karena ketakutan atau pemanjaan diri, tetapi pendidikan disiplin dan loyalitas.
Ummul Mukminin Aisyah ra. berkata: "Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan makanan apapun yang bisa dimakan makhluk hidup, selain setengan ikat gandum di penyimpananku. Saat ruhnya dijemput, baju besinya masih digadaikan kepada seorang Yahudi untuk harga 30 gantang gandum."
Sungguh ia berangkat haji dengan kendaraan yang sangat sederhana dan pakaian tak lebih harganya dari 4 dirham, seraya berkata, "Ya Allah, jadikanlah ini haji yang tak mengandung riya dan sum'ah." Pada kemenangan besar saat Makkah ditaklukkan, dengan sejumlah besar pasukan muslimin, ia menundukkan kepala, nyaris menyentuh punggung untanya sambil selalu mengulang-ulang tasbih, tahmid dan istighfar. Ia tidak mabuk kemenangan.
Betapapun sulitnya mencari batas bentangan samudera kemuliaan ini, namun beberapa kalimat ini membuat kita pantas menyesal tidak mencintainya atau tak menggerakkan bibir mengucap shalawat atasnya: "Semua nabi mendapatkan hak untuk mengangkat doa yang takkan ditolak dan aku menyimpannya untuk umatku kelak di padang mahsyar nanti."
Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Ia menolak, "Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan di sulbi mereka kelak akan menerima dakwah ini, mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan- Nya dengan apapun."
Mungkin dua kata kunci ini menjadi gambaran kebesaran jiwanya. Pertama, Allah, sumber kekuatan yang Maha dahsyat, kepada-Nya ia begitu refleks menumpahkan semua keluhannya. Ini membuatnya amat tabah menerima segala resiko perjuangan; kerabat yang menjauh, sahabat yang membenci, dan khalayak yang mengusirnya dari negeri tercinta. Kedua, Ummati, hamparan akal, nafsu dan perilaku yang menantang untuk dibongkar, dipasang, diperbaiki, ditingkatkan dan diukirnya.
Ya, Ummati, tak cukupkah semua keutamaan ini menggetarkan hatimu dengan cinta, menggerakkan tubuhmu dengan sunnah dan uswah serta mulutmu dengan ucapan shalawat? Allah tidak mencukupkan pernyataan-Nya bahwa Ia dan para malaikan bershalawat atasnya (QS.Al Ahzab: 56), justru Ia nyatakan dengan begitu "vulgar" perintah tersebut, "Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah atasnya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam."

Allahumma shalli 'alaihi wa 'ala aalih!